1. Harry Gaylord Dorman dalam buku "Towards Understanding lslam", New York, 1948, p.3, berkata: "Kitab Qur'an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, untuk membuktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad." 2. Prof. H. A. R. Gibb dalam buku "Mohammadanism", London, 1953, p. 33, berkata sebagai berikut: "Nah, jika memang Qur'an itu hasil karyanya sendiri, maka orang lain dapat menandinginya. Cobalah mereka mengarang sebuah ungkapan seperti itu. Kalau sampai mereka tidak sanggup dan boleh dikatakan mereka pasti tidak mampu, maka sewajarnyalah mereka menerima Qur'an sebagai bukti yang kuat tentang mukjizat." 3. Sir William Muir dalam buku "The Life of Mohamet", London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: "Qur'an adalah karya dasar Agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan…" 4. DR. John William Draper dalam buku "A History of the intelectual Development in Europe", London, 1875, jilid 1 , p. 343-344, berkata: "Qur'an mengandung sugesti-sugesti dan proses moral yang cemerlang yang sangat berlimpah-limpah; susunannya demikian fragmenter, sehingga kita tidak dapat membuka satu lembaran tanpa menemukan ungkapan-ungkapan yang harus diterima olehsekalian orang. Susunan fragmenter ini, mengemukakan teks-teks, moto dan peraturan- peraturan yang sempurna sendirinya, sesuai bagi setiap orang untuk setiap peristiwa dalam hidup." 5. DR. J. Shiddily dalam buku "The Lord Jesus in the Qur'an", p. 111 , berkata: "Qur'an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru." 6. Laura Vaccia Vaglieri dalam buku "Apologie de I'Islamism, p. 57 berkata: "Dalam keseluruhannya kita dapati dalam kitab ini, suatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap... Tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahi dalam Qur'an, adalah suatu kenyataan bahwa Qur'an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya wahyu itu hingga pada masa kini...Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang yang beriman dengan tiada jemu-jemunya. Keistimewaannya pula, Qur'an senantiasa dipelajari/dibaca oleh anak-anak sejak sekolah tingkat dasar hingga tingkat Profesor. " "Sebaliknya malah karena diulang- ulang ia makin dicintai sehari demi sehari. Qur'an membangkitkan timbulnya perasaan penghormatan dan respek yang mendalam, pada diri orang yang membaca dan mendengarkannya.... Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan senjata, tidak pula dengan tekanan mubaligh-mubaligh yang menyebabkan penyiaran Isiam besar dan cepat, tetapi oleh kenyataan bahwa kitab ini, yang diperkenalkan kaum Muslimin kepada orang-orang yang ditaklukkan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya adalah kitab Tuhan. Kata yang benar, mukjizat terbesar yang dapat diperlihatkan Muhammad kepada orang yang ragu dan kepada orang yang tetap berkeras kepala." 7. Prof. A. J. Amberry, dalam buku "De Kracht van den Islam", hlm. 38, berkata: "Qur'an ditulis dengan gaya tak menentu dan tidak teratur, yang menunjukkan bahwa penulisnya di atas segala hukum-hukum pengarang manusia." 8. G. Margoliouth dalam buku "Introduction to the Koran" (kata pendahuluan untuk buku J. M. H. Rodwell), London, 1918, berkata: "Diakui bahwa Our'an itu mempunyai kedudukan yang penting diantara kitab-kitab Agama di dunia. Walau kitab ini merupakan yang terakhir dari kitab-kitab yang termasuk dalam kesusasteraan ini, ia tidak kalah dari yang mana pun dalam effeknya yang mengagumkan, yang telah ditimbulkannya terhadap sejumlah besar manusia yang telah menciptakan suatu phase kemajuan manusia dan satu tipe karakter yang segar." 9. George Sale dalam buku "Joseph Charles Mardrus-Premilinary Discourse", berkata: "Di seluruh dunia diakui bahwa Qur'an tertulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang paling tinggi, paling murni....diakui sebagai standard bahasa Arab... dan tak dapat ditiru oleh pena manusia... Oleh karena itu diakui sebagai mukjizat yang besar, lebih besar daripada membangkitkan orang mati, dan itu saja sudah cukup untuk meyakinkan dunia bahwa kitab itu berasal dari Tuhan." 10. E. Denisen Ross dari "Introduction to the Koran-George Sale", p. 5, berkata: "Qur'an memegang peranan yang lebih besar terhadap kaum Muslimin daripada peranan Bible dalam agama Kristen. Ia bukan saja merupakan sebuah kitab suci dari kepercayaan mereka, tetapi juga merupakan text book dari upacara agamanya dan prinsip-prinsip hukum kemasyarakatan.....Sungguh sebuah kitab seperti ini patut dibaca secara meluas di Barat, terutama di masa-masa ini, di mana ruang dan waktu hampir telah dipunahkan oleh penemuan-penemuan modern." 11. James A. Michener dalam "Islam the Misunderstood Religion Readers Digest", Mei 1955, berkata sebagai berikut: "Berita Qur'an inilah yang mengusir patung-patung dewa, dan memberikan ilham kepada manusia untuk merevolusikan hidup dan bangsa mereka.... Kombinasi antara persembahan kepada Satu Tuhan ditambah dengan perintah prakteknya yang membuat Qur'an menjadi khas. Bangsa yang beragama di Timur yakin bahwa negara mereka hanya akan diperintah dengan baik apabila hukum-hukumnya sejalan dengan Qur'an. 12. W.E. Hocking dalam "Spirit of World Politics New York 32", p. 461 , berkata: "...saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa Qur'an berisi amat banyak prinsip-prinsip yang diperlukan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa hingga pertengahan abad ke-13, Islamlah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat." 13. Napoleon Bonaparte a. Dari "Stanislas Cuyard-Ency des Sciences Religioses", Paris, 1880, jilid IX, p. 501 berkata sebagai berikut: " Selama abad-abad pertengahan, sejarah Islam peradaban sepenuhnya. Berkat keuletan kaum Musliminlah maka ilmu pengetahuan dan falsafah Yunani tertolong dari kebinasaan, dan kemudian datang membangunkan dunia Barat serta membangkitkan gerakan intelektual sampai pada pembaruan Bacon. Dalam abad ke-7 dunia lama itu sedang dalam sakaratulmauit. Muharnmad memberi kepada mereka sebuah Qur'an yang rnerupakan titik tolak ke arah dunia baru." b. Dari buku "Bonaparte et I'Islarn oleh Cherlifs, Paris, p. 105, berkata sebagai berikut: "I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur'an wich alone can lead men to happiness. Artinya: Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur'an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.* *) Sumber terutama dari M. Hashem, "Kekaguman Dunia terhadap Islam", cetakan pertama, Bandung, |
JELAJAHI DUNIA | KABAR HARI INI | BERITA VIRAL | KABAR DUNIA | LIVE STREAMING | MISTERI DUNIA | MITOS | FILM XX1 | FILM TERBARU | EBOOK
Tampilkan postingan dengan label Bacaan Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bacaan Islami. Tampilkan semua postingan
Selasa, 21 Juni 2011
Pendapat Toko-tokoh Non Muslim terhadap Al-Quran
Bercermin pada Kehidupan
Suatu hari, saya akan menghadiri sebuah majelis ta’lim yang terdiri dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di daerah Jombang, Bintaro dan sekitarnya. Tak banyak anggotanya, sekitar sebelas orang. Awal bergabung dengan mereka, saya merasa agak jengah dan sedikit tidak nyaman. Maklumlah, pertama kalinya saya merasakan ‘bergaul’ dengan ibu-ibu muda berusia rata-rata sepuluh tahun lebih tua daripada saya. Sempat saya ingin pindah ke kelompok majelis ta’lim yang lain saja, bila ada. Tapi sampai sekarang, saya masih bertahan.
Hari itu, kegiatan akan diadakan di rumah salah seorang anggota, yang tidak begitu jauh dari rumah saya. Bahkan inilah rumah terdekat yang pernah saya datangi sejak pindah ke Bintaro. Biasanya bila akan menghadiri majelis ta’lim itu, saya harus naik angkot sampai dua kali. Lumayan jauh. Saya berangkat sekitar setengah jam sebelum acara dimulai. Saat itu saya sama sekali tidak tahu alamat pasti si empunya rumah, melainkan hanya mengandalkan arahan dari seorang teman saya saja. Yah, pastinya tidak jauh dari jalan masuk yang tadi ia sebutkan, pikir saya begitu. Dan sekitar lima menit kemudian, sampailah saya di jalan masuk tersebut. Tadinya saya berniat untuk naik ojek saja ke dalam. Tinggal sebutkan nama pemilik rumah dan ciri-ciri rumah, biasanya mereka tahu, begitu petunjuk berikutnya. Tapi sayangnya, tidak satu pun tukang ojek yang saya temui. Lantas saya putuskan untuk berjalan saja masuk ke dalam, siapa tahu ada pangkalan ojek lainnya atau ojek yang lewat. Saya tidak ingin terlambat, malu dong, masa rumah paling dekat malah terlambat.
Saya berjalan terus sampai kira-kira beberapa ratus kilometer. Kaki mulai pegal, dan saya belum menemukan petunjuk apapun yang mendekati ciri-ciri rumah itu. Saya berinisiatif menelpon seorang teman, dan komentarnya adalah: “Wah! Kalau jalan sih masih jauh! Masuk-masuk ke dalam, susah juga ngasih taunya. Mending kamu tanya sama orang di warung aja deh.” Begitu katanya. Saat saya menelpon itu, saya berada di depan sebuah masjid lumayan besar yang pastinya bisa jadi patokan. Dan saya pun lupa menanyakan nomor telepon si pemilik rumah. Ya sudahlah, pasti bisa sampai, begitu tekad saya. Saya bertanya ke sebuah warung, dan petunjuk yang diberikan adalah: “Dari jalan itu masuk aja ke dalam, belok kanan, nanti kalau ada warung tanya lagi aja. Rumahnya masih jauh banget!”
Begitulah, saya akhirnya berjalan saja dan setiap kali ada warung, saya bertanya, dan mereka memberikan informasi yang sama dengan orang terakhir yang saya tanya. Rupanya daerah tersebut belum memiliki nama-nama jalan. Rumah-rumah penduduknya pun jarang-jarang, dari rumah satu ke rumah yang lain berjarak beberapa meter. Padahal lokasi tersebut berdekatan dengan komplek perumahan yang lumayan besar. Jadi petunjuk yang paling praktis ya sebutkan saja nama si pemilik rumah. Dan itu yang saya lakukan berulang-ulang: “Rumahnya bu Yuli, guru SD Annisa, isterinya pak Muslim yang punya kandang kambing itu di mana ya?”
Ketika jalanan sudah hampir tak berujung, dan di sebelah kanan saya adalah tanah lapang yang besar sekali, di sebelah kiri hanya terdapat satu-dua rumah yang terkunci rapat, saya mulai khawatir tersasar. Tapi dari kejauhan saya melihat dua orang wanita berjalan. Mungkin penduduk setempat. Saya langsung berlari mengejar mereka.
Alhamdulillah…ternyata memang selalu ada petunjuk bila kita tak segan bertanya. Mereka mengantar saya sampai sekitar dua puluh meter dari rumah yang dicari. Saat itu saya tak memikirkan bagaimana cara pulang, yang tentu saja harus ditempuh dengan berjalan kaki juga. Saya sudah lupa rutenya. Sudahlah, nanti saja. Saya langsung menuju rumah besar bercat oranye.
“Assalamu’alaikum! Bu Yuli ada, bu?”
“Bu Yuli? Wah, dia jam segini belum pulang kerja!”
“Bu Yuli? Wah, dia jam segini belum pulang kerja!”
Saya nyaris pingsan mendengarnya. Seorang wanita setengah tua itu menatap saya dengan agak heran. Duh, sudah hampir nyasar begini, orangnya tidak ada? Lantas acara dipindahkan ke mana?
Tapi rupanya itu hanya kejutan kecil saja. Seorang laki-laki yang duduk bersama wanita itu beranjak dari kursi, dan tersenyum pada saya.
“Masuk aja lewat samping sini. Rumahnya menempel di belakang situ, Neng.” Katanya. Saya ragu sejenak. Tapi kemudian wanita tadi berseru, “Oh iya! Ini kan hari Sabtu ya? Berarti ada tuh orangnya!” katanya. Saya nyengir, lalu mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada keduanya.
Perjalanan panjang itu berakhir juga. Waktu menunjukkan pukul dua kurang sepuluh. Hampir satu setengah jam di perjalanan? Hebat juga kedua kaki saya ini. Saya duduk kelelahan. Dan satu per satu anggota majelis ta’lim itu mulai berdatangan, dua orang membawa anak-anak mereka. Mereka sampai dengan wajah yang hampir sama dengan saya, tetapi tidak ada satu pun yang berjalan kaki dari depan hingga sampai di situ. Kami semua tertawa-tawa kelelahan, mereka menertawakan saya yang dengan sangat mengenaskan musti menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki. Lalu kami menyantap makanan kecil yang dihidangkan, dan mengobrol sebentar melepas lelah.
Hari itu semua hadir di majelis dengan penat. Saya bersiap untuk kecewa bila acara tidak berjalan atau datang hanya untuk bersantai. Tapi ternyata itu tidak terjadi. Acara dibuka dengan tertib, kami bergantian tilawah Quran, salah satu dari kami membacakan tafsir surat al-Lahab, lalu dilanjutkan dengan diskusi mengenai permasalahan majelis ta’lim lain yang ada di daerah tempat tinggal kami, seterusnya sampai waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Subhanallah. Saya nyaris tidak percaya bahwa kondisi-kondisi tak terduga, seperti kesulitan mencapai lokasi dan keterlambatan dimulainya acara, tidak menjadikan pertemuan yang hanya seminggu sekali itu menjadi tidak efektif. Jiwa saya kembali segar, penat saya hilang, dan saya siap bila harus pulang dengan berjalan kaki lagi.
Sudah sekitar lima bulan saya menjadi bagian dari mereka. Dan rupanya saya mulai merasakan ikatan hati yang cukup kuat pada mereka semua. Bahkan saya mengagumi mereka. Saya nyaris yang paling muda di antara mereka semua. Hampir semua sudah menikah, memiliki anak dua-tiga-atau empat orang, tapi mereka tetap konsisten hadir di pertemuan, mengerjakan tugas dengan lumayan tertib, bersemangat membahas permasalahan yang ada, dan saya tak segan untuk bercermin pada ketegaran mereka semua. Sedikitnya saya mengetahui permasalahan keluarga yang mereka hadapi, terhadap suami dan anak-anak, pekerjaan, dan lingkungan. Mereka mungkin tak semua berasal dari keluarga berkecukupan. Tapi semangat mereka untuk menghadiri majelis ta’lim rutin, juga semangat dan tindakan konkret berkontribusi dalam dakwah, itu semua menjadi bahan renungan yang tak habis-habis buat saya. Dan saya seringkali bertanya dalam hati, akankah saya tetap istiqomah seperti mereka sepuluh tahun dari sekarang? Semoga saja. Insyaallah. Amiin.
Menikah Membuatku Jadi Kaya
Pada hari-hari pertama pernikahan kami, suami bertanya, “Ke mana saja uangmu selama ini?” Pertanyaan itu sungguh menggedor dadaku. Ya, ke mana saja uangku selama ini? Buku tabunganku tak pernah berisi angka belasan hingga puluhan juta. Selalu hanya satu digit. Itu pun biasanya selalu habis lagi untuk kepentingan yang agak besar seperti untuk bayar kuliah (ketika aku kuliah) dan untuk kepentingan keluarga besarku di kampung. Padahal, kalau dihitung-hitung, gajiku tidaklah terlalu kecil-kecil amat. Belum lagi pendapatan lain-lain yang kudapat sebagai penulis, instruktur pelatihan menulis, pembicara di berbagai acara, guru privat, honor anggota tim audit ataupun tim studi. Lalu, ke mana saja uangku selama ini? Kepada suamiku, waktu itu aku membeberkan bahwa biaya operasional untuk keaktifanku cukup besar. Ongkos jalan, pulsa telepon, nombok biaya kegiatan, makan dan traktiran. Intinya, aku mencari apologi atas aliran uangku yang tidak jelas.
Namun diam-diam aku malu padanya. Sesaat sebelum pernikahan kami, dia berkata, “Gajiku jauh di bawah gajimu...”. Kata-kata suamiku -ketika masih calon- itu membuatku terperangah. “Yang benar saja?” sambutku heran. Dengan panjang kali lebar kemudian dia menjelaskan kondisi perusahaan plat merah tempatnya bekerja serta bagaimana tingkat numerasinya. Yang membuatku lebih malu lagi adalah karena dengan gajinya yang kecil itu, setelah empat tahun hidup di Jakarta, ia telah mampu membeli sebuah sepeda motor baru dan sebuah rumah –walaupun bertipe RSS- di dalam kota Jakarta. Padahal, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain, dan dikantornya dikenal sebagai seorang yang bersih, bahkan “tak kenal kompromi untuk urusan uang tak jelas.” Fakta bahwa gajinya kecil membuatku tahu bahwa suamiku adalah seorang yang hemat dan pandai mengatur penghasilan. Sedang aku?
***
Hari-hari pertama kami pindahan.
Aku menata baju-baju kami di lemari. “Mana lagi baju, Mas?” tanyaku pada suami yang tengah berbenah. “Udah, itu aja!” Aku mengernyit. “Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak?” tanyaku lebih lanjut. “Iya, banyak kan?” tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di hari-hari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo!
Aku menata baju-baju kami di lemari. “Mana lagi baju, Mas?” tanyaku pada suami yang tengah berbenah. “Udah, itu aja!” Aku mengernyit. “Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak?” tanyaku lebih lanjut. “Iya, banyak kan?” tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di hari-hari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo!
Pekan-pekan pertama aku hidup bersamanya.
Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat...! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buah–makanan -kesukaanku- dan susu –minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!
Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat...! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buah–makanan -kesukaanku- dan susu –minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!
Baru sebulan menikah.
“De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi?”
“Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi.” Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah.
“De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi?”
“Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi.” Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah.
Masih bulan awal perkawinan kami.
Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat.
Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat.
Belum lagi tiga bulan menikah.
“Ke ITC, yuk, Mas?” Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. “Oke, tapi buat daftar belanja, ya?” kata Masku. Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,”Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu?” Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu?
“Ke ITC, yuk, Mas?” Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. “Oke, tapi buat daftar belanja, ya?” kata Masku. Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,”Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu?” Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu?
Masih tiga bulan pernikahan “Kita beli oleh-oleh sebentar ya, untuk Bude?” Masku meminggirkan motor. Kios-kios buah berjejer di pinggir jalan. Kami dalam perjalanan silaturahmi ke rumah salah satu kerabat. Dan membawakan oleh-oleh adalah bagian dari tradisi itu.
“Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu...” Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit!
“Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu...” Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit!
***
Semester pertama pernikahan.
Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku.
Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku.
Sejak menikah, aku tak pernah lagi membeli baju untuk diriku sendiri. Pakaian dan jilbabku masih dapat di-rolling untuk sebulan. Sejak menikah, aku memilih membawa makan siang dari rumah ke kantor. Aku juga jarang ke mall lagi. Dan kini, setiap kali akan membeli sesuatu, aku selalu bertanya: perlukah aku membeli barang itu? Indahnya, aku menikmati semua itu. Dan kini, aku bisa menggunakan tabunganku untuk sesuatu yang lebih berharga dan tentu saja bermanfaat bagi aktifitasku saat ini, lingkunganku dan masa depanku nanti.
Aku bersyukur kepada Allah. Semua ini, bisa dikatakan sebagai berkah pernikahan. Bukan berkah yang datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Tapi berkah yang dikaruniakan Allah melalui pelajaran berhemat yang dicontohkan oleh suamiku. Rabb, terima kasih atas berkahMu...
Membangun Istana di Surga
Sewaktu saya menunggu chikatetsu (kereta bawah tanah) menuju pulang, saya melihat ada seorang muslimah. Ya, muslimah. Saya jarang bisa melihat atau bertemu muslimah di Negeri Matahari Terbit ini. Dari perawakannya, sepertinya dia dari bangsa Arab. Dia menoleh ke arah saya yang berada di barisan depan dan menggerakkan bibirnya mengucapkan sesuatu. Dia mengucapkan, "Assalamu'alaikum!" Saya spontan menjawab dengan suara pelan, "Wa'alaikumsalam" dan kusambung dalam hati, "Warahmatullahi wabarakatuh."
Sungguh hati ini bagaikan gurun sahara mendapat curahan hujan. Demikian damai dan bahagia sekali. Tidak setiap hari saya mendapatkan salam langsung seperti itu. Biasanya saya hanya mendapat salam lewat email atau telepon. Atau bila saya bertemu sahabat-sahabat saya sesama muslim Indonesia, maka salam pun bertebaran demikian indahnya.
Tentu saja, salam formal khas Jepang tiap hari saya dapatkan. Ohayou gozaimasu, konnichiwa ataupun konbanwa (selamat pagi, selamat siang ataupun selamat malam), sudah biasa terdengar. Tetapi itu berbeda dengan salam dalam Islam.
Pada pertemuan pengajian pun, teman yang datang belakangan akan mengucapkan salam kepada yang telah lebih dulu datang. Tidaklah elok bila yang datang belakangan, tetapi menyalami teman akrabnya yang duduk agak jauh. Sedangkan dia akan melewati teman lain yang duduk dekat pintu masuk. Seperti sabda Rasulullah, salam bukan saja diucapkan kepada orang yang dikenal tetapi juga kepada yang belum dikenal.
***
Bagaimana dengan salam yang ditulis singkat atau diucapkan sambil lalu? Saya pernah membaca email yang salam penutupnya hanya ditulis "Wass." Entahlah apakah saya saja yang merasa nelangsa dan merasa diacuhkan dengan salam seperti itu. Seakan ditinggal pergi buru-buru oleh si pemberi salam. Benarkah dia memberi salam ataukah empat huruf itu hanyalah suara yang mirip salam? Tidakkah terpikir untuk menambah empat huruf lagi hingga salam penutup itu mempunyai makna?
Pernah pula, belum selesai saya menamatkan salam penutup yang pendek pun, si penelepon sudah menutup telepon. Begitu pula sebaliknya, telepon diputus tanpa jawaban salam saya dengar dari seberang.
"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu." (QS An-Nisaa': 86)
Bukankah salam itu doa? Doa yang diucapkan untuk saudaranya seakidah, "Semoga Allah memberi keselamatan padamu." Walaupun memberi salam itu sunnah. Tetapi tahukah kita bahwa yang mengucapkan salam lebih dulu itu lebih dicintai Allah? Siapa yang tidak mau dicintai Allah? Semua makhluk berlomba mendapatkan cinta Allah. Kebalikannya, menjawab salam itu wajib. Salam dalam Islam merupakan doa. Selain itu salam juga merupakan sedekah.
***
Pernah sahabat Rasulullah, Umar bin Khatab mengadukan Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah. "Ya, Rasulullah, Ali bin Abi Thalib tidak pernah memulai mengucapkan salam kepadaku..." Rasulullah lalu menanyakan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib membenarkan pengaduan Umar bin Khatab itu. "Ya, Rasulullah, itu kulakukan karena aku ingin supaya Umar bisa mendapatkan istana di Surga! Seperti yang disabdakan olehmu, ya Rasulullah. Bahwa siapa yang mendahului saudaranya mengucapkan salam, Allah akan mendirikan istana baginya di Surga."
Bayangkan dengan memberi salam kita bisa membangun istana di Surga. Dengan salam, hati-hati kita terikat untuk saling mencintai. Kenapa kita tidak bersegera menebar salam kepada sahabat, handai taulan, keluarga dan saudara-saudara kita seiman? Sabda Rasulullah, "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)
Nagoya, Juni 2006 seri27@bintang7.net (flp-Jepang)
Diruqyah 4 Kali Jin Belum Keluar Juga
Assalaamu'alaikum Wr.Wb.
Ustadz yang kami hormati, saya sebelum mengenal ruqyah tidak merasa ada keluhan apa-apa, namun karena ingin kepastian apa ada jin yang bersarang di tubuh, akhirnya saya ikut acara ruqyah, ternyata ada reaksi di sekitar leher. Sampai-sampai ustadz peruqyahnya bisa wawancara dengan jin tersebut. Saya setengah sadar mengucapkan dua kalimat syahadat waktu itu, namun jin belum bisa keluar.
Di lain waktu saya ke situ lagi, dan jin tersebut belum keluar juga. Saya cari Ustad lain untuk meruqyah namun belum bisa juga, terakhir ke ustadz yang lain lagi juga belum keluar. Hingga sekarang saya suka terasa reaksi jika dzikir, sholat, ataupun baca Al-Qur'an.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Mengapa pada waktu belum diruqyah ibadah saya lancar-lancar saja tapi sekarang setelah diruqyah sering bereaksi?
2. Apa yang harus saya lakukan dengan keadaan saya sekarang? Apakah bisa saya meruqyah sendiri? Kalau bisa bagaimana caranya?
3. Apakah jin yang ada di dalam tubuh membahayakan aqidah kita?
4. Apakah jin tersebut berpengaruh langsung terhadap posisi hamba disisi Allh SWT? Dan apakah bisa menghalangi keridhoanNya?
5. Bagaimana bila ajal tiba sedangkan jin tersebut belum keluar, apakah menghalangi masuknya hamba ke dalam syurga?
6. Di bulan Ramadhan yang lalu pada saat sholat malam saya juga bereaksi, mengapa bisa, padahal ada hadist yang mengatakan bahwa syetan dibelenggu di bulan Romadhan?
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Triyono
Jawaban
Wa'alaikumsalaam wr. wb.
Saudara Triyono, ada hal yang harus diluruskan bahwa ruqyah itu tidak mengundang jin, tetapi ruqyah itu adalah doa-doa untuk menghilangkan jin. Maka, kalaupun kemudian anda bereaksi, padahal anda merasa tidak memiliki gangguan jin. Mungkin anda selama ini tidak merasa, kalau sesungguhnya anda mempunyai gangguan.
Sayangnya, anda tidak menceritakan secara detail, apakah anda mempunyai gangguan rasa sakit di sekitar leher, atau anda sesungguhnya anda mempunyai masalah secara psikologis. Seperti cepat marah, berat menjalankan ibadah, sering menunda untuk berbuat baik. Artinya, hal tersebut merupakan indikasi anda mengalami gangguan, tapi anda tidak mengetahuinya. Dan begitu diruqyah, anda baru mengetahui ternyata anda mempunyai gangguan jin.
Setelah berulangkali anda melakukan ruqyah, tapi tidak kunjung selesai. Tidak seluruh masalah bisa selesai dalam waktu yang cepat. Sahabat saja dengan tingkatannya, ketika mereka meruqyah ada yang butuh waktu sampai 3 hari. Maka dari itu, dibutuhkan kesabaran, jadi bukan tingkat hasil kita akan sembuh, tetapi itu merupakan upaya syar'i yang akan dicatat oleh Allah SWT sebagai pahala, karena kita menjauhi upaya yang syirik.
Jadi lakukan ruqyah terus, karena memang tidak ada solusi lain dalam Islam, selain ruqyah. Anda bisa melakukan ruqyah sendiri, caranya anda bisa mendengarkan kaset ruqyah atau anda membaca sendiri bacaan ruqyahnya. Kemudian peganglah bagian yang bereaksi dan sakit, anda memukulnya dan menekannya, setelah itu jin tersebut harus keluar. Anda harus melindungi diri dengan berlindung kepada Allah SWT, beribadah yang rajin. Bacalah Basmallah bila ingin mengerjakan apa saja.
Setan selalu berusaha membuat manusia keluar dari jalan kebenaran, sebagaimana sumpah iblis dalam Al-quran, akan menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus. Tapi, apabila anda kuat iman dan ibadahnya. Maka keberadaan setan dalam tubuh tidak akan mempengaruhi keimanan seseorang. Dan ketika seseorang meninggal sedangkan sudah ditakdirkan jin itu belum bisa keluar, tidak akan mempengaruhi orang tersebut disisi Allah SWT, bahkan bisa menambah pahala. Karena selama ini dia tersiksa dengan oleh jin tersebut. Dalam Islam seperti kita ketahui, jangan gangguan jin yang berat, duri yang menusuk kaki orang beriman dianggap sebagai pahala penghapus dosa.
Apakah jin di tubuh bisa menghalangi seseorang untuk masuk syurga? Selama dia tidak mengikuti perintah bisikan-bisikan jin yang sesat, maka tidak akan menjadi masalah dan tidak akan menghalagi seseorang masuk syurga. Karena masuk syurga atau tidak adalah bagaimana usaha kita dengan baik serta mendapat rahmat dari Allah SWT.
Di bulan Ramadhan setan dibelenggu? Dalam hadis lain, ternyata yang diikat adalah setan-setan yang melakukan pembangkangan yang luar biasa. Jadi tidak semua setan, sehingga wajar jika masih ada setan yang mengganggu manusia di bulan Ramadhan. Keberadaan jin dalam tubuh dapat mengganggu. artinya mengapa anda berekasi di bulan Ramadhan. Jangan pernah berputus asa, karena dalam ruqyah tidak ada istilah berputus asa. Lakukanlah ruqyah, semoga Allah selalu melindungi kita
Do'a Penangkal Sihir di Tempat yang Baru
Assalamu Alaikum wr. wb.
Pak Ustadz, saya adalah karyawan salah satu perusahaan di Jakarta. Saya sering dinas ke luar kota sampai ke desa-desa terpencil yang biasanya banyak ilmu hitam dan sihirnya. Pertanyaan saya, doa apa yang saya harus amalkan agar terhindar dari ilmu-ilmu hitam tersebut? Terima kasih atas bantuannya.
Wassalam
Angkasawan Said
Jawaban
Wa'alaikumsalaam wr. wb.
Saudara Iwan, ketika kita berada ditempat yang baru, baik di perkampungan, desa, kota atau hutan. Nabi saw mengajarkan doa agar kita tidak diganggu oleh kejahatan makhluk lain, artinya bukan saja manusia, tapi juga jin atau makhluk Allah yang lain, yang mungkin bisa menimbulkan bahaya bagi diri kita. Doanya sering kita dengar, dan doanya pendek saja, tapi memiliki perlindungan yang luar biasa, karena Nabi yang mengajarkan.
Dalam sebuah hadisnya Nabi saw bersabda, "Barang siapa yang singgah disatu tempat, sebaiknya membaca doa penjagaan yang di baca sore hari." Doa tersebut adalah "A'udzu bi kalimatillahi taammati min syarri maa khalaq" memiliki arti "Aku berlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan makhluk ciptaan-Nya." Keutamaan dari doa tersebut, siapa yang membaca doa itu, maka tidak akan ada makhluk yang mengganggu, sampai ia meninggalkan tempat tersebut. Ini artinya jaminan yang luar biasa, jadi tidak usah takut terhadap ilmu hitam atau apapun, karena siapapun yang dilindungi oleh Allah SWT, tidak akan bisa tembus dengan ilmu apapun.
Anda juga bisa menambahkan bacaan dengan doa-doa yang lainnya, seperti doa menjelang tidur dan lain-lain. Mudah-mudahan anda bisa mengamalkan doa-doa tersebut, sehingga anda tidak merasa khawatir lagi bila anda singgah di tempat yang baru. Wallahualam.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Hawa Hangat yang Coba Merasuk ke Tubuh
Assalamu'alaikum wr. wb.
Saya mau tanya mengenai kejadian yang pernah menimpa saya beberapa bulan yang lalu. Waktu itu menjelang tengah malam, persiapan istirahat. Posisi tidur saya miring ke kanan. Tiba-tiba, saya merasa ada hawa hangat yang mendekati (seperti awan putih) dan tepat berhenti di depan kepala saya. Saya diam, langsung ingat Allah, dan terus berdzikir.
Awan putih itu menutupi seluruh tubuh saya dengan hawa hangatnya dan berusaha masuk melalui telinga kiri saya, dengan sekuat tenaga saya berusaha supaya tidak ada celah sedikitpun untuk peluang awan putih itu masuk. Saya ketakutan tapi tetap diam, karena saya tidak mau mengganggu istirahat orang tua saya.
Saya terus berdzikir dan baca ayat kursi, sampai awan putih itu gagal masuk lewat telinga saya. Usaha awan putih itu untuk masuk berulang-ulang sampai tiga kali, dan tiga kali juga gagal. Saya pikir Allah ada bersama saya, saya tidak perlu takut, kalau memang ini suatu kejahatan, dia pasti pergi.
Yang ingin saya tanyakan, apakah hawa hangat berbentuk awan putih itu? Apakah itu jin? Apakah tujuannya? Mohon saya diberi kejelasan. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum,
Diena
Jawaban
Wa'alaikumsalaam wr wb
Saudari Diena, apa yang anda alami menjelang istirahat atau belum tidur merupakan suatu hal yang tidak wajar, karena mana mungkin awan bisa masuk melalui telinga kita. Kalau ini bukan merupakan semacam halusinasi dari anda atau semacam khayalan yang sampai pada tingkat halusinasi, maka ini merupkan sesuatu yang bersifat ghoib. Apakah jin atau bukan jin, kita tidak bisa memastikan. Tapi dari pengalaman, hal-hal seperti itu biasanya jin.
Namun, untuk menjawab apakah tujuannya, bila memang itu jin, sebenarnya yang palin penting adalah apakah yang anda rasakan setelah peristiwa tersebut? Meskipun anda tidak menceritakan dampak dari kejadian itu, saya berharap tidak ada hal-hal negatif yang anda rasakan. Apalagi anda sempat berdzikir pada saat itu, sehingga berulangkali awan putih itu ingin masuk melalui telinga anda selalu gagal, karena dari beberapa kasus yang kami jumpai, ada orang-orang yang bisa merasakan adanya sihir yang akan masuk ke dalam tubuh.
Kalau memang benar yang akan masuk ke tubuh anda adalah sihir dan ternyata gagal, sungguh Maha benar Allah dan RasulNya mengatakan, perlindungan yang benar dalam syariat Islam adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa dan berdzikir. Kalau setelah anda mengalami peristiwa tersebut, anda tidak mengalami keluhan, maka tidak perlu dirisaukan. Tapi kalau anda mengalami keluhan, maka perlu dilakukan penanganan yang Islami, agar kita tahu mungkin ini merupakan sebab kejadian yang menimpa anda. Saran saya, teruslah mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar anda terlindungi. Wallahualam.
Apakah Jin atau Setan Dapat Mengganggu Kandungan?
Assalamu'alaikum wr. wb.
Pak Ustadz, ada beberapa pertanyaan yang mengganjal bagi saya:
1. Apakah jin atau setan dapat mengganggu janin/kandungan? Ada kasus, isteri teman saya sedang hamil tua, entah karena apa tiba-tiba kandungannya mengilang dan perutnya tidak dalam keadaan membesar.
2. Usia pernikahan kami sudah menginjak 5 tahun dan hingga saat
ini kami belum dikaruniai anak. Apakah jin dapat mengganggu proses pembuahan dalam kandungan. Isteri saya apabila malam hari dan ketika akan mengerjakan shalat selalu terasa sakit di sekitar kepalanya.
ini kami belum dikaruniai anak. Apakah jin dapat mengganggu proses pembuahan dalam kandungan. Isteri saya apabila malam hari dan ketika akan mengerjakan shalat selalu terasa sakit di sekitar kepalanya.
Jazzakallah.
Wassalamu'alaikum,
Zainal
Jawaban
Wa'alaikumsalaam wr. wb.
Saudara Zainal, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa iblis bersumpah untuk menyesatkan anak cucu Adam, maka sangat mungkin iblis dan setan menggoda manusia dan membuat manusia sengsara kapan dan di mana saja. Khusus untuk masalah janin yang berada di dalam kandungan, memang banyak informasi dari masyarakat tentang kandungan yang hilang. Beberapa pasien yang datang ke Ghoib juga mengeluhkan atau mengalami hal yang serupa.
Peristiwa ini dapat kita tarik dari doa yang diajarkan Rasulallah saw, yaitu doa apabila seseorang ingin bercampur dengan pasangannya: Allahumma jannibmasy-syaithan wa jannibisy-syaithan maarazaqtanaa. Artinya, "Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan agar tidak mengganggu apa yang Engkau rizkikan kepada kami. "
Permohonan orang yang mau berhubungan dengan pasangannya, adalah meminta agar dilindungi dari syaithan. Artinya, sangat spesifik doanya, dia meminta perlindungan dari syaithan untuk sepasang suami isteri itu, yang akan Allah rizkikan berupa keturunan. Ketika doa ini dianjurkan, maka akan melindungi pasangan muslim ketika melakukan ibadah tersebut.
Jadi sangat mungkin syaithan tersebut mengganggu manusia sejak melakukan hubungan suami isteri.
Apakah syaithan dapat mengganggu janin? Dalam surat 17 ayat 64, "Dan hasunglah siapa yang kami sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaithan kepada mereka melainkan tipuan belaka."
Oleh karena itu, tirulah apa yang dilakukan oleh keluarga Imran ketika hamil Maryam, ia bernazar kepada Allah, agar kelak anaknya lahir bisa menjadi pelayan masjid Allah SWT. Artinya, orangtua harus rajin beribadah dan berdoa, untuk mengharapkan kebaikan janinnya.
Saya mendoakan, semoga Allah SWT memberikan keturunan. Berdoa dan memohonlah kepada Nya, kalaupun anda belum diberikan keturunan, InsyaAllah dalam waktu dekat akan diberikan keturunan.
Sakit kepala pada waktu tertentu, merupakan indikasi gangguan jin.
Untuk itu, lakukanlah ruqyah, karena kita juga menjumpai dari beberapa kasus orang-orang yang terhalang dari kehamilan, disebabkan gangguan jin. Bahkan ada kista rahim yang penyebabnya adalah gangguan jin, dan setelah diruqyah, alhamdulillah hilang dan bisa hamil mendapatkan keturunan.
Kalau anda telah melakukan terapi ruqyah, lakukanlah juga pemeriksaan medis, mungkin ada petunjuk dari medis.
Mudah-mudahan anda dan isteri sehat, jangan lupa berdoa dan bacalah serta resapilah surat Maryam dari ayat 1 dan seterusnya. Perbanyaklah sholat malam, semoga Allah SWT memberikan keturunan kepada anda. Wallahualam.
Wassalaamu'alaikum wr. wb.
Metoda Penyusunan Ayat dan Surah dalam al-Quran
Assalamualaikum warahmatullah wabaraktuh.
Ada suatu pertanyaan yang mengganjal dalam hati tentang kitab suci Al-Quran, saya mohon pak Ustadz bisa memberikan pencerahan:
1. Sejak kapan ayat-ayat al-Quran dibukukan?
2. Metoda apakah yang dipakai dalam penyusunan ayat-ayat al-Quran sehingga memiliki urutan seperti yang kita ketahui sekarang?
3. Tafsir manakah yang bisa kita jadikan pegangan sesuai dengan makna al-Quran yang sebenarnya?
Ulasan yang logis dan memiliki dalil yang sahih dari pak Ustadz sangat saya harapkan karena saat ini saya sedang menghadapi orang yang mencoba menggoyahkan keyakinan saya tentang keotentikan al-Quran yang sekarang kita pegang. Terima kasih sebelumnya.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Amir Mahmud
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Kalau buku yang anda maksud adalah cetakan modern seperti di masa sekarang, tentunya Al-Quran belum lama dicetak. Sebab mesin cetrak modern baru ditemukan beberapa puluh tahun belakangan ini saja. Tapi kalau yang dimaksud adalah buku dalam arti lembaran-lembaran yang terbuat dari kulit, pelepah kurma atau media lain yang sudah dikenal saat itu, maka sebenarnya Al-Quran telah ditulis sejak pertama kali turun.
Rasulullah SAW punya beberapa sekretaris pribadi yang kerjanya melulu hanya menulis Al-Quran. Mereka adalah para penulis wahyu dari kalangan sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, 'Ubai bin K'ab dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhum. Bila suatu ayat turun, beliau memerintahkan mereka untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah.
Di samping itu sebagian sahabat pun menuliskan Qur'an yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh nabi. Mereka menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Zaid bin Tabit, "Kami menyusun Qur'an di hadapan Rasulullah pada kulit binatang."
Para sahabat senantiasa menyodorkan Qur'an kepada Rasulullah baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan.
Tulisan-tulisan Qur'an pada masa Nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki orang lain. Para ulama telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka'ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas'ud telah menghafalkan seluruh isi Qur'an di masa Rasulullah. Dan mereka menyebutkan pula bahwa Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Qur'an di hadapan Nabi, di antara mereka yang disebutkan di atas.
Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah di saat Qur'an telah dihafal dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti disebutkan di atas, ayat-ayat dan surah-surah dipisah-pisahkan atau diterbitkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu lembar secara terpisah dalam tujuh huruf.
Tetapi Qur'an belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh (lengkap). Bila wahyu turun, segeralah dihafal oleh para qurra' dan ditulis para penulis; tetapi pada saat itu belum diperlukan membukukannya dalam satu mushaf, sebab Nabi masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. Di samping itu terkadang pula terdapat ayat yang me-nasikh (menghapuskan) sesuatu yang turun sebelumnya. Susunan atau tertib penulisan Qur'an itu tidak menurut tertib nuzul-nya (turun), tetapi setiap ayat yang turun dituliskan di tempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi- ia menjelaskan bahwa ayat anu harus diletakkan dalam surah anu.
Andaikata pada masa Nabi SAWQur'an itu seluruhnya dikumpulkan di antara dua sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan membawa perubahan bila wahyu turun lagi.
Az-zarkasyi berkata, "Qur'an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudah Qur'an turun semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah."
Dengan pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit yang mengatakan, "Rasulullah SAW telah wafat sedang Qur'an belum dikumpulkan sama sekali." Maksudnya ayat-ayat dalam surah-surahnya belum dikumpulkan secara tertib dalam satu mushaf.
Al-Katabi berkata, "Rasulullah tidak mengumpulkan Qur'an dalam satu mushaf itu karena ia senantiasa menunggu ayat nasikh terhadap sebagian hukum-hukum atau bacaannya. Sesudah berakhir masa turunnya dengan wafatnya Rasululah, maka Allah mengilhamkan penulisan mushaf secara lengkap kepada para Khulafaurrasyidin sesuai dengan janjinya yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya. Dan hal ini terjadi pertama kalinya pada masa Abu Bakar atas pertimbangan usulan Umar radhiyalahu 'anhum.
2. Metode yang digunakan untuk menyusun Al-Quran adalah metode wahyu dari langit. Sebab setiap ada ayat yang turun, Rasulullah SAW selain mengajarkan bacaan dan pemahamannya, beliau juga menjelaskan tata letak ayat tersebut di dalam Al-Quran.
3. Semua kitab tafsir yang hingga hari masih ada, bisa dijadikan dasar penafsiran kita tehadap Al-Quran. Kita punya puluhan kitab tafsir peninggalan para ulama yang sudah teruji sepanjang masa.
Tentunya masing-masing kitab tafsir itu memiliki keunggulannya sendiri--sendiri. Tergantung dari sudut pandang mana seseorang ingin membidik pemahamannya terhadap A-Quran.
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ust. Ahmad Sarwat, Lc.
Senin, 20 Juni 2011
NASEHAT SYEKH MUHAMMAD BIN HADY MADKHALY UNTUK PARA DA’I SALAFY DI INDONESIA
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأتباعه بإحسان إلى يوم الدين.
أما بعد:
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S al-ahzab: 70-71)
Ayat ini yang selalu diulang-ulang oleh para khatib, mubalig, penceramah dan pemberi nasehat, orang yang tidak bisa membaca selalu mendengarnya dari mereka, terkandung didalamnya seruan dari Allah Jalla wa‘azza kepada hamba-Nya yang beriman, Ia menyeru mereka dengan sifat mereka yang agung lagi mulia yaitu sifat iman, Allah subhanahu berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar. (QS al-ahzab 70)
Ia menyeru mereka dengan memakai sifat yang mulia yaitu sifat iman, lalu Ia memerintahkan mereka akan suatu urusan yang berat lagi agung yaitu bertaqwa, sesungguhnya taqwa kepada Allah Jalla wa‘ala adalah puncak kebaikan, dan penentu segala urusan. Pintu-pintu kebajikan berbagai macam bentuknya, begitu juga jalan-jalan keburukan bermacam-macam, semua itu terkumpul dalam kata: (bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar), bertaqwa kepada Allah - sebagaimana yang telah diketahui oleh kebanyakan kalian dan tidak lagi tersembunyi bagi kita semua - ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah berdasar cahaya(petunjuk) dari Allah dengan mengharapkan pahala dari-Nya, dan takut dari azab-Nya, dan juga meninggalkan maksiat yang dilarang oleh Allah mengarapkan pahala dengan meninggalkannya, dan takut akan azab bila melakukannya, melanggar dan mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh Allah.
Taqwa merupakan diantara wasiat terakhir Rasulullah sallallahu alaihi wasallam (sebelum beliau wafat), sebagaimana dalam hadits ‘Irbad bin Sariyah radhiallahu anhu dimana Nabi sallallahu alaihi wasallam (pada suatu hari) menasehati sahabatnya dengan nasehat yang agung dan memberikan pengaruh yang besar bagi diri mereka, yang membuat hati bergetar dan air mata bercucuran, lalu mereka berkata: wahai Rasulullah ! seolah-olah ini adalah nasehat orang yang akan berpisah(meninggal), maka wasiatkanlah kepada kami: lalu beliau bersabda : (Saya mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah).
Beliau mengawali wasiatnya dengan taqwa, dan taqwa juga merupakan wasiat Allah jalla wa’azza kepada orang-orang terdahulu dan yang kemudian.
Sebagaimana dalam firman Allah :
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللهَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan kepada orang-orang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah. (QS. An-nisaa: 131).
Saudaraku sekalian…sesungguhnya kata-kata yang agung dan luas makna ini apabila seorang hamba memperhatikan, meneliti dan menghayatinya serta mengambil pelajaran darinya, niscaya ia akan mendapatkannya mengandung seluruh (ajaran) agama islam, melaksanakan perintah dengan mengharapkan pahala, dan meninggalkan larangan karena takut akan azab, inilah yang (disebut) agama, engkau beribadah kepada Allah diatas cahaya (petunjuk) dari Allah dan mengharapkan pahala, dan takut dari azabNya.
Ketaqwaan tidak akan mungkin diperoleh kecuali dengan ilmu, Allah ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosa-dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS muhammad :19).
Bagaimana bisa mengetahui yang salah dan benar kecuali hanya dengan ilmu, anda mengetahui kebenaran lalu anda memuji Allah ta’ala yang telah menunjukimu kepadanya, dan meminta tambahan karunia dari-Nya, anda mengetahui yang salah lalu meminta ampunan dari-Nya jika anda terjerumus kedalamnya, dan sebelum itu anda (berusaha) menjauhinya. Akan tetapi jika anda terjerumus kedalamnya anda meminta ampun kepada Allah kemudian bertobat kepada-Nya dan ini adalah kebaikan yang besar. Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda : ( Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan atasnya Ia akan memberikannya pemahaman dalam agama ). Memahami agama Allah adalah dengan mengetahui hukum-hukumnya, perintah-perintah dan larangan-Nya serta mempelajari syariat-Nya, ini merupakan nikmat yang paling besar, sesungguhnya orang yang tidak mengetahui hukum-hukum agama dan dalil-dalilnya ia akan hidup bingung kanan dan kiri, (berada) diantara syubuhat dan syahwat.
Dan siapa yang berada diantara dua jurang ini - jurang syubuhat dan jurang syahwat – ia akan celaka, segala urusan baginya bercampur-baur tanpa ada (sedikitpun) padanya pembeda, dan hawa nafsu (senantiasa) menguasainya dan ia tidak mendapatkan didalam hatinya pertahanan dan penasehat yang mengingatkannya kepada Allah, dan saat menghadap-Nya, berdiri dihadapan Allah di hari akhirat, kala itu ia akan celaka -kita memohon kepada Allah keamanan dan keselamatan-. Maka pemahaman terhadap agama sangatlah penting, kedudukan setiap orang dalam agama tergantung kepada kepahamannya terhadap agama. Dan kebaikan akan luput darinya sesuai dengan kadar kelalaiannya dari hal tersebut. Maka kita semua wajib untuk mencapai hal itu, yaitu pemahaman terhadap agama.
Dan lebih wajib lagi atas orang yang meletakkan dirinya di atas (jalan) dakwah kepada Allah jalla wa’azza, siapa yang meletakkan dirinya diatas dakwah, ia wajib memahami dan mengetahui apa yang ia dakwahi dan mengetahui keadaan orang yang ia dakwahi. Dan meletakkan hukum-hukum Allah dengan benar, sebagaimana yang diperintahkan Allah jalla wa’ ala, dan dikehendaki dan dijelaskan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.
Apabila ia berdakwah tanpa ilmu maka apa yang ia rusak lebih banyak dari apa yang ia perbaiki, karena seorang penyeru kepada Allah otomatis ia juga pengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran. Dan orang yang mengajak kepada kebaikan mesti tahu betul akan kebaikan, tahu kemungkaran, mengetahui keadaan orang yang ia ingkari. Dan hendaklah ia bijaksana, lembut, mengetahui mafasid (kerusakan) dan maslahat (yang akan terjadi), kapan ia maju (melakukan suatu tindakakan) dan kapan ia menahan dirinya, kapan ia mendahulukan (suatu pekerjaan) dan kapan ia mengakhirkan. dan (mengetahui) apa yang harus ia dahulukan dalam berdakwah, dan apa yang boleh ia akhirkan.
dan hendaklah ia berlemah- lembut kepada manusia, dan sebagainya dari bermacam-macam masalah yang ditempuh oleh ulama-ulama islam rahimahumullah, dibawah naungan hadits-hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam berdakwah dan melakukan hisbah, hisbah yang saya maksud adalah mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran sebagaimana berlalu, dan kedudukan ini - kedudukan penyeru kepada Allah – adalah kedudukan yang paling tinggi. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang tang menyeru kepada Allah, menerjakan amal yang sholeh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS fushilat : 33-34).
Apa yang dikhabarkan Allah subhanahu wata’ala ini sedikit sekali orang yang memikirkan dan memahaminya.
Sesungguhnya dakwah itu adalah urusan yang sangat mulia, oleh sebab itu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak membiarkannya begitu saja dan tidak jelas, sebagaimana yang telah kalian ketahui wahai saudara sekalian, tentang hadits Mu’adz radhiallahu anhu dalam kisah pengutusannya ke negri Yaman dan wasiat Nabi sallallahu alaihi wasallam kepadanya :
(Sesungguhnya engkau (akan) mendatangi kaum ahli kitab (yahudi & Nasrani), hendaklah dakwah yang pertama sekali engkau serukan adalah (mengajak) mereka mentauhidkan Allah),
dan didalam lafadz yang lain : ( (adalah) Syahadah bahwa tidak ada sesembahan yang diibadati dengan Haq selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, jika mereka menerima seruanmu itu maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka menerima seruanmu itu, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang kaya mereka dan diberikan kepada orang yang miskin (diantara) mereka.) [hadits].
Rasulullah salallahu alaihi wasallam menjelaskan didalam hadits ini apa yang pertama sekali dimulai (dalam berdakwah).
Seorang da’i (dalam dakwahnya) wajib untuk menempuh jalan yang benar, jalan yang syar’i jauh dari perasaan atau semangat yang (pada hakikatnya) angin topan , hendaklah ia tidak bersikap lunak pada apa yang dikeraskan oleh Allah, dan tidak keras pada apa yang dimudahkan Allah, maka hendaklah ia berlemah-lembut didalam dakwahnya, lembut bukan karena lemah, dan keras terhadap musuh-musuh Allah bukan (pula) karena ganas, maka pada saat itu ia seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. dan hendaklah ia memulai dengan memberi kabar gembira sebelum menyampaikan peringatan.
Sebagaimana firman Allah yang menggabarkan sifat Rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً، وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُنِيراً
Artinya : Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan utk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan jadi cahaya yang menerangi. (QS al-ahzab 45-46).
وَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلاً
Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafil itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. (QS al-ahzab 48).
Perhatikanlah ayat-ayat ini wahai saudara sekalian, yang mana didalamnya Allah menyeru kepada rasul-Nya : (Hai nabi sesungguhnya Kami mengutusmu) untuk apa ? (untuk jadi saksi) saksi bagi manusia, (dan pembawa kabar gembira) pemberi kabar gembira tentang rahmat Allah ta’ala, dan surga yang disediakan oleh Allah bagi wali-wali-Nya(orang yang beriman dan bertaqwa) sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala tentang mereka :
فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya : Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal didalamnya. (QS ali imrom 107).
Rahmat Allah itu adalah surga -kita memohon kepada Allah supaya ia tidak mengharamkan bagi saya dan kalian rahmat-Nya-, ia memberi kabar gembira dengannya(surga tersebut), maka orang-orang yang dihati mereka ada kebaikan dan keutamaan dan mempunyai akal yang sehat ia akan menerima kabar gembira itu, dan barangsiapa yang membangkang maka ia diberikan peringatan. - peringatan, pertakut, dan ancaman - sesungguhnya hati itu tidaklah sama, ada yang cukup menerima dengan kabar gembira dan ada juga yang tidak bermanfaat baginya selain dengan peringatan, pertakut dan ancaman.
Kemudian Allah menjelaskan atau memerintahkan dengan firman-Nya:
وَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلاً
Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafil itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. (QS al-ahzab 48).
Pada ayat ini (terdapat) petunjuk bagi para da’i setelah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, agar menempuh jalan yang ditempuh oleh beliau sallallahu alaihi wasallam, dan hendaklah mereka berhati-hati terhadap orang-orang munafik yang memata-matai didalam barisan, yang mana mereka menghasut didalam barisan kaum muslimin dan membiarkan dan menyebarkan diantara mereka berita bohong maka hendaklah berhati-hati terhadap mereka. kenapa? karena mereka itu merusak kaum muslimin, dan begitu juga orang kafir, tidak ada perhitungan bagi mereka, janganlah mentaati mereka untuk mendurhakai Allah, janganlah pula bermanis-manis muka dalam agama Allah dan berlembut-lembut terhadap mereka. dan hendaklah mendakwahi mereka kepada Allah, jika mereka enggan maka tidak ada antaranya dan mereka kecuali apa yang telah dijelaskan oleh Allah, dan diperintahkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dan yang telah beliau jelaskan didalam syariatnya yang suci.
Maka seorang da’I itu hendaklah alim, fakih (memahami), dan tamak dalam memberi petunjuk kepada manusia. Mengeluarkan segala kesanggupannya dan menjauhi kekasaran dan kekerasan, firman Allah subhanahu wata’ala:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : (maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya) (QS Ali Imram:159)
Wahai ikhwan sekalian….perhatikanlah nasehat yang agung dari pencipta kita kepada Rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam yang ada didalam ayat yang mulia ini, sesungguhnya Ia telah memberikannya karunia, dan menjadikannya sallallahu alaihi wasallam seorang yang penyayang. beliau sallallahu alaihi wasallam sangat penyantun dan sayang kepada umatnya :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS at-taubah :128).
Beliau menyayangi orang-orang beriman, mengasihi, serta belas kasih terhadap mereka.
Kelembutan dan kasih sayang ini sangat besar pengaruhnya didalam diri manusia dan mempunyai pengaruh yang baik dalam sambutan manusia dan penerimaan terhadap seorang da’i, karena ia menauladani Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dimana beliau disifatkan dengan sifat ini didalam (kitab) Taurat sebagaimana yang terdapat didalam shoheh Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Salam radhiallahu anhu : (Bahwasanya beliau sallallahu alaihi wasallam tidak jahat perangainya dan tidak kasar, tidak pula pemekik dipasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Akan tetapi pemaaf dan pemurah, beginilah disifatkan Rasulullah didalam taurat sebagimana yang terdapat didalam shohihain, ini perkataan Allah didalam al-quran dan itu sudah cukup, akan tetapi beliau sallallahu alaihi wasallam telah disifatkan dengan ini dalam kitab yang terdahulu. Wahai para ikhwan sekalian…saya mewasiatkan kepada kalian dan diri saya untuk bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala dan memahami agama-Nya, begitu juga saya menasehati kalian supaya sayang dan lembut kepada hamba Allah, dan betul-betul berusaha dengan segala kesanggupan dalam memberikan petunjuk kepada manusia. Dan hendaklah seorang da’i mengetahui bahwa didalam menempuh jalannya ini akan menemui beberapa ijtihad (perbedaan pendapat) antara ia dan saudaranya yang lain yang mana kadangkala terjadi perbedaan pandangan pada apa yang boleh berpendapat padanya, yang saya maksud dengan ijtihad disini adalah pada apa yang boleh sesama para da’i untuk memberi pandangan/pendapat, dan jika tidak ini, maka ijtihad yang terlintas di pikiran kita hanya untuk orang yang ahli dalam ijtihad, orang yang fakih didalam agama yang mana mereka akan menerangkan dan meneliti serta menjelaskan dengan keluasan ilmu dan pengetahuan mereka.
Dari merekalah manusia mengambil fatwa dan pemahaman dalam agama Allah ta’ala. Akan tetapi ijtihad yang saya maksud adalah (ijtihad) dalam menempuh jalan menuju kebaikan, sesuai dengan kesanggupan dan menepis kerusakan didalam dakwah ini.
Hendaklah seorang da’i memahami bahwa antara dirinya dengan saudara-saudaranya mesti terjadi sesuatu, karena jalan yang ditempuh sangat panjang, dan dengan banyaknya pejalan dan panjangnya perjalanan, pasti akan terjadi kesulitan, dan keletihan, dan kadangkala ketidak sepakatan dalam sisi pandang pada apa yang dibolehkan berbeda pendapat. Dan saya tekankan dalam kalimat ini : (pada apa yang dibolehkan padanya perbedaan pendapat)
Maka saya katakan: apabila (perbedaan pendapat) itu terjadi maka wajib bagi seorang da’i, da’i salafiyin kususnya -dan merekalah yang saya maksudkan dalam pembicaraan ini- untuk memegang wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kepada Mu’adz dan sahabatnya(Abu Musa al-Asy’ary) ketika mereka diutus ke negeri Yaman, beliau berkata kepada mereka berdua: sampaikanlah kabar gembira, dan janganlah kalian membuat orang lari, berikanlah kemudahan, dan janganlah kalian memberi kesulitan, bersepakatlah kalian, dan janganlah berpecah belah, bersatulah dan janganlah kalian berselisih, dan (tathoowa’aa) saling menghargailah kalian.
wahai ikhwan sekalian…(ini) adalah kata-kata yang agung, dari pendidik yang paling mulia yaitu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam maka sampaikanlah oleh kalian khabar gembira, dan janganlah kalian membuat orang lari, berikanlah kemudahan, dan janganlah kalian memberi kesulitan, bersepakatlah kalian, dan janganlah kalian berpecah belah, bersatulah dan janganlah kalian berselisih, dan saling menghargailah kalian.
Apabila seseorang bersikukuh dan berpegang dengan pendapatnya yang ada mempunyai dasar, dan tidak ada larangan syar’i padanya, maka wajiblah ia menyerahkan (keputusan) kepada temannya tersebut, tidak ada percekcokan dalam masalah itu, karena berita baik akan diterima dengan hati yang baik dan halus dari pertama kalinya. Dan tindakan yang membuat orang lari akan memalingkan manusia dari agama, dan Nabi sallallahu alaihi wasallam murka dalam kisah tentang seseorang memanjangkan sholat -sebagaimana yang kalian ketahui-dan beliau berkata : (wahai manusia sesungguhnya diantara kalian ada orang yang membuat orang minggat, barangsiapa yang mengimami orang), dalam lafadz yang lain: (barangsiapa yang mengimami manusia hendaklah ia memendekkan).
Wahai saudara seislam…Nabi sallallahu alaihi wasallam telah memperingatkan dalam masalah ini bahkan beliau marah kepada orang yang menyebabkan larinya manusia dari kebenaran, dan menyebabkan manusia berpaling dari agama Allah ta’ala, beliau berkata : (sampaikanlah kabar gembira, dan janganlah kalian menyebabkan manusia lari), Maka jadilah kalian orang tamak dalam menyampaikan berita gembira kepada manusia, dan menyampaikan apa yang dapat diterima oleh hati mereka tentang agama, dan tentang manhaj yang baik ini yaitu manhaj salafi, yang mana ia adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dan jalan para sahabat beliau. Dan janganlah kalian membuat orang lari, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan kalian. Berhati-hatilah, karena seseorang bisa saja menghambat dari agama Allah dengan kelakuannya. karena ilmu itu wahai saudara sekalian…adalah pemindahan gambaran yang bersemayam didalam hati keluar. Dan mengamalkan ilmu kebalikan darinya yaitu gambaran luar dari ilmu yang didengar dilakukan oleh anggota tubuh, apabila sesuai apa yang didalam dengan apa yang diluar maka itu adalah da’i yang sebenarnya, dan ia akan dibukakan oleh Allah baginya penerimaan, (hal itu) karena ia bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala dan mendekatkan diri kepada-Nya, dan menunjukkan kasih sayang dan cinta kasih kepada penciptanya dengan melakukan ketaatan dan jauh dari larangan.
Ia senantiasa mendekatkan diri kepada Allah sehingga Allah mencintainya, maka apabila Allah mencintainya Ia akan memberikan baginya penerimaan dimuka bumi, dan meletakkan kecintaan kepadanya dihati manusia, maka ia akan diterima karena mereka melihat kejujurannya, dan karena mereka melihat perbuatannya sesuai dengan perkataannya. Saya ulangi sekali lagi, saya katakan : sesungguhnya ilmu itu adalah pemindahan gambaran dalam keluar, yaitu agar manusia mendengar apa yang engkau ketahui dalam nasehatmu, apa yang engkau pahami dalam agama Allah, mereka mendengarnya dalam pengajianmu, adapun mengamalkan (ilmu) kebalikan darinya, yaitu menyatakan gambaran dalam yang telah engkau keluarkan dalam pelajaran yang engkau tampakkan kepada manusia, sehingga sesuai apa yang ada diluar dengan apa yang ada di hati, apabila sesuai amal dengan ilmu maka inilah yang sebut teladan, saya mewasiatkan kalian wahai ikhwan sekalian... ingatlah Allah terhadap manusia, ingatlah Allah terhadap hamba Allah… kemudian nasehat yang kedua sebagaimana dalam hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang disebutkan diatas: (Berilah kemudahan, dan janganlah memberi kesempitan), dan ini (mesti) berada didalam bingkai syari’ah dan kita tidak berhak keluar dari agama Allah bahkan tidak boleh, akan tetapi (mesti) dalam lingkaran nash-nash, maka apa yang boleh dimudahkan kita mudahkan dan apa yang tidak boleh dianggap enteng maka kita tidak boleh meremehkannya. Masalah-masalah keyakinan tidak boleh meremehkannya, dan tidak pula menganggap enteng, akan tetapi semua manusia dalam hal ini wajib berpegang kepada perintah yang datang dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, janganlah menganggap remeh perkara syirik, besar ataupun kecil, dan jangan menganggap enteng perkara bid’ah, sedikit maupun banyak, karena ia adalah pintu kepada kekufuran – kita belindung kepada Allah darinya-, begitu juga maksiat kita tidak boleh meremehkannya dan (hendaklah) kita mengikuti dalam masalah ini perkataan Rasulullah salallallahu alaihi wasallam : (apa yang saya larang kalian darinya maka jauhilah ia, dan apa yang saya perintahkan kepada kalian maka laksanakanlah sesuai dengan kemampuan kalian). Inilah kemudahan itu, (mudahkanlah dan janganlah memberi kesulitan). Dalam ruang lingkup batas syari’at dan pada garis nash-nash wahyu dari Alquran dan sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, kemudian (Bersatulah dan janganlah kalian berselisih), Jauihilah oleh kalian perselisihan karena perselisihan itu adalah jelek, apabila engkau berselisih dengan saudaramu, manusia akan berselisih karena kalian, (yang satu) pergi dengan kelompok ini, dan (yang satu lagi) pergi dengan kelompok yang lain, dan terjadilah perbantahan disebabkan oleh ingin menang sendiri, apabila telah terjadi perbantahan maka akan muncul ketakutan, Allah ta’ala berfirman :
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
Artinya : Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, dan hilang kekuatanmu (QS al-anfal: 46)
Wahai saudara seislam… ingatlah Allah wahai para du’at, ingatlah Allah wahai para penuntut ilmu, dalam menjauhi perbuatan yang hina dan tercela ini, yaitu perselisihan yang menyebabkan perpecahan, belakang-membelakangi, saling marah-marahan, saling iri, saling perang, dan saling memusuhi –kita berlindung kepada Allah dari semua itu-. Seorang da’i lebih mulia dan jauh dari semua ini, karena ia mengajak manusia kepada agama Allah bukan mengajak mereka kepada dirinya sendiri, hendaklah ia ikhlas dan termasuk orang-orang yang jujur didalam ikhlasnya itu, jauh dari perbuatan yang tercela ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman didalam kitab-Nya :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ
Artinya: katakanlah: inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah.(QS yusuf :108)
Dan kalian telah mengetahui sebagaimana yang ada didalam kitab tauhid kar. Syekh islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah waridhwanuhu alaihi ketika sampai pada ayat ini dan beliau mengambil kesimpulan darinya dalam masa-il (permasalahan-permasalahan) yang ma’ruf, beliau berkata: padanya (ada) peringatan untuk berikhlas, sesungguhnya kebanyakan manusia jika mereka menyeru sesungguhnya ia menyeru kepada dirinya. Maka orang yang (menyeru) kepada dirinya ia akan marah untuk dirinya. Maka hendaklah bagi seorang insan untuk menjauhi sebab-sebab perselisihan, adapun perselisihan yang tidak berpengaruh seperti yang saya sebutkan tadi maka ini biasa terjadi pada manusia, biasa terjadi perselisihan tanawwu’(yang tidak menyebabkan pertentangan), bukan perselisihan permusuhan yang menyebabkan pembunuhan, ini tidak apa-apa, dan ini (mesti) terjadi, akan tetapi orang yang mengetahui sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam : (Dan saling menghargailah kalian), ini tidak akan terjadi antara ia dan saudaranya sesama da’i perselisihan dalam keadaan bagaimanapun. (Bersatulah dan janganlah kalian berselisih, bersepakatlah dan janganlah kalian berpecah-belah). berpecah-belah juga jelek, karena setiap orang yang berpecah dengan saudaranya akan mengambil jalan yang bukan jalannya, dan sekelompok manusia akan berkumpul bersamanya, mereka berpegang kepadanya, lalu mereka akan mengikuti jalannya dan pada waktu itu jadilah kelompok yang saling benci dan perkumpulan yang sesat yang dilarang didalam islam, dalam firman Allah ta’ala:
وَلا تَفَرَّقُوا
Artinya: Dan janganlah kamu bercerai-berai. (QS Ali Imram: 103).
dan ini juga perkataan Nabi sallallahu alaihi wasallam yang kalian dengar barusan.
Dan Allah serta Rasul-Nya telah melarang dari perpecahan, kita tidak boleh dalam keadaan apapun melakukan sebab-sebabnya, (kemudian saling menghargailah kalian), saling menghargai mesti ada, karena panjangnya jalan mengharuskan kita melakukannya, dan sabar terhadap apa yang dihadapi dan jika tidak ada saling menghargai maka akan terjadi perpecahan, dan yang saya maksud adalah saling menghargai dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya jangan dipahami sebaliknya –saya berlindung kepada Allah jika dipahami selain ini-. saling menghargai dalam lingkaran apa yang dibolehkan padanya. Dan pada apa yang tidak dibolehkan kita mengatakan padanya seperti perkataan para sahabat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :
قَدْ ضَلَلْتُ إِذاً وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Artinya : Sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku temasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS al-an’am : 56).
Jika saya setuju dengan ini yaitu dengan kesalahan yang sudah jelas dan nyata yang tidak boleh ditempuh dan melakukannya.
ini yang saya maksudkan. Saya mengatakan setelah semua yang diatas, saya mewasiatkan kalian untuk ikhlas didalam agama Allah dan mengikuti Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kemudian (betul-betul) memahami agama Allah, karena bertambahnya pemahaman membuat lemah para musuh dan memutuskan tipu daya mereka yang mereka masukkan untuk merusak kita, dan saya memohon kepada Allah subahanahu wata’ala dengan nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agar Ia memberikan kepada saya dan kalian pengetahuan dalam agama dan memahaminya, begitu juga saya memohon kepada-Nya subhanahu wata’ala supaya Ia memberikan kepada saya dan kalian keikhlasan kepada-Nya, dan mengikuti Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan menjadikan saya dan kalian pemberi petunjuk bagi orang-orang yang ditunjuki, penyeru kepada kebaikan, baik lagi memperbaiki, penyeru kepada persatuan bagi orang-orang yang ingin bersatu berkumpul dalam kebaikan dan taqwa dan kita menentang orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, dan semoga Ia menjauhkan kita darinya, karena Ia maha kuasa dan mampu melakukannya, dan semoga salawat dan salam serta keberkatan Allah bagi hamba dan Rasul-Nya nabi kita Muhammad dan segala puji bagi Allah pencipta semesta alam.
Langganan:
Postingan (Atom)